Pasau Utti
Saya selalu terkenang dengan kue khas Bugis terutama masterpiece dari almarhumah nenek saya. Ya, salah satunya adalah Pasau utti.
Sejak kecil saya selalu disuguhkan dengan penganan tradisional ini dan jadilah kue ini favorit saya. Kenapa jadi favorit? Karena ia terbuat dari pisang dan apa pun penganan dari pisang akan selalu jadi candu bagi saya. Pokoknya pisang:). Hidup pisang!
Kebetulan mood saya memasak sedang on di hari Minggu ini, dan ada pisang 'unyil' di meja makan saya yang tak kunjung habis. Akhirnya sebagian menghitam dan sayang jika terbuang. Pisang kecil dan imut-imut ini juga konon katanya sangat mujarab untuk obat maag. Meskipun saya punya maag tapi belum pernah juga mencoba untuk terapi pisang ini.
Agar tak mubazir dan berakhir di tempat sampah, mungkin akan lebih baik jika ia berakhir di mulut saya. Nah, tadinya saya mau buat 'kambing-kambing' istilah di bahasa Bugis atau 'godog' di ranah Minang. Bisa jadi ini juga yang membuat saya berjodoh dengan orang Minang karena makanan kami punya ciri khas yang sama meskipun beda hanya di istilah bahasa daerah masing-masing:).
Akhirnya saya eksekusi saja jadi pasau utti, selain karena lebih mudah dan praktis, ia juga tak perlu digoreng. Maklum, ini juga proses menghemat minyak goreng. Yang pasti lebih sehat juga. Sementara jika dijadikan kambing-kambing, butuh minyak dan proses menggoreng pun lama.
Membuat pasau utti pun sangat mudah. Pertama, haluskan 1 sisir pisang (kira-kira 10 buah), lalu campur dengan tepung terigu atau tepung beras sampai rata, bisa ditambahkan sebutir telur tapi karena stok telur saya habis, ya saya skip, lalu tambahkan 1 sdt garam. Aduk dan selanjutnya siapkan kukusan. Alasi kukusan dengan aluminium foil. Olesi aluminium foil dengan mentega agar pisang tidak lengket.
Ratakan pisang di aluminium foil tersebut, lalu kukus sekitar 5-10 menit. Matikan kompor dan sajikan di piring yang agak lebar. Iris dan sajikan hangat. Ini paling asyik dinikmati dengan the hangat pas di sore-sore yang cerah kayak gini:)
Selamat menikmati:)
Sejak kecil saya selalu disuguhkan dengan penganan tradisional ini dan jadilah kue ini favorit saya. Kenapa jadi favorit? Karena ia terbuat dari pisang dan apa pun penganan dari pisang akan selalu jadi candu bagi saya. Pokoknya pisang:). Hidup pisang!
Kebetulan mood saya memasak sedang on di hari Minggu ini, dan ada pisang 'unyil' di meja makan saya yang tak kunjung habis. Akhirnya sebagian menghitam dan sayang jika terbuang. Pisang kecil dan imut-imut ini juga konon katanya sangat mujarab untuk obat maag. Meskipun saya punya maag tapi belum pernah juga mencoba untuk terapi pisang ini.
Agar tak mubazir dan berakhir di tempat sampah, mungkin akan lebih baik jika ia berakhir di mulut saya. Nah, tadinya saya mau buat 'kambing-kambing' istilah di bahasa Bugis atau 'godog' di ranah Minang. Bisa jadi ini juga yang membuat saya berjodoh dengan orang Minang karena makanan kami punya ciri khas yang sama meskipun beda hanya di istilah bahasa daerah masing-masing:).
Akhirnya saya eksekusi saja jadi pasau utti, selain karena lebih mudah dan praktis, ia juga tak perlu digoreng. Maklum, ini juga proses menghemat minyak goreng. Yang pasti lebih sehat juga. Sementara jika dijadikan kambing-kambing, butuh minyak dan proses menggoreng pun lama.
Membuat pasau utti pun sangat mudah. Pertama, haluskan 1 sisir pisang (kira-kira 10 buah), lalu campur dengan tepung terigu atau tepung beras sampai rata, bisa ditambahkan sebutir telur tapi karena stok telur saya habis, ya saya skip, lalu tambahkan 1 sdt garam. Aduk dan selanjutnya siapkan kukusan. Alasi kukusan dengan aluminium foil. Olesi aluminium foil dengan mentega agar pisang tidak lengket.
Ratakan pisang di aluminium foil tersebut, lalu kukus sekitar 5-10 menit. Matikan kompor dan sajikan di piring yang agak lebar. Iris dan sajikan hangat. Ini paling asyik dinikmati dengan the hangat pas di sore-sore yang cerah kayak gini:)
Selamat menikmati:)
Comments
Post a Comment