Posts

Showing posts from 2010

Sarden yang berisik...

Image
Kalau kita bilang sarden itu adalah lauk yang paling instan selain Indomie, mungkin benar. Waktu kecil hingga sebelum menikah, saya tinggal membuka kaleng dan memasaknya hingga mendidih. Jika ingin diberi garnish agar tampak menggoda biasanya diberi bawang goreng. Tapi setelah menikah, cara simple itu tak berlaku lagi. Sarden rasanya akan menjadi hambar dan takkan disentuh apalagi dimakan oleh suami. Ujung-ujungnya selera makan pun hilang, sarden itu juga kan berakhir di tong sampah. Kecewa dan melelahkan, tentu. Tapi semangat untuk makan sarden tetap membara karena ia menjadi salah satu alternatif ikan, selain ikan tawar dan laut segar. Alhamdulillah, meskipun suami punya selera makan yang agak 'ribet', saya tetap berusaha menghadirkan hidangan yang pas di lidahnya. Ia pun memberikan tips dan solusi agar sarden bisa menjadi menu favorit di rumah. Resepnya sih Ok. Tapi masaknya, butuh keberanian dan siap terluka karena cara masaknya itu lumayan bikin naik darah. Sarden ha

Tips for Learning New Vocabulary Words

1 0 Tips for Learning New Words Once you're set to learn new vocabulary words, now comes the challenge of actually retaining them for later use. In speech and writing, one common problem is the use of malapropisms; that is, misusing words when confused by their similar sound. For instance, saying it's a "mute point" when you really mean "moot point." Such mistakes can be embarrassing, but avoided if you gain a good handle of your vocabulary. To learn a new word is one thing, but to learn it correctly and remember it right, that's what you want. Here are 10 tips for learning new words (correctly). Tip 1, Reading: When working from a vocabulary list, we often try and create context and associations for words to remember their meaning. The benefit of reading - in addition to enriching the mind - is that the context is already provided. From context, you can more often than not, gather the meaning of a word you're otherwise unfamiliar with.

Mengapa Harus Teriak?

Beberapa malam yang lalu saya ‘dipaksa’ untuk mendengarkan ceramah dari masjid yang sekitar berjarak 700 meter dari rumah saya. Saya tidak mendengar sedetail apa isi ceramah tersebut tapi tampaknya ia berisi pesan memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dan hingga pukul 11 malam suara teriakan tersebut masih terdengar memekakkan telinga. Sepertinya sang ustadz tersebut telah memaksimalkan seluruh energy dan suaranya meski telah dibantu dengan microphone.  Saya sebagai orang awam jadi bertanya-tanya dan mencari defenisi yang tepat, ingin memahami teknik-teknik yang elegan dan bersahabat dalam menyampaikan pesan kebenaran yang amat bermakna. Saya yakin pesan yang ingin disampaikan sang ustadz teramat berharga dan mulia karena yang terpatri dalam dirinya tentu saja keinginan tulus menyuarakan kebenaran dan hujjah dari teladan kita Nabi Muhammad SAW. Namun saya terusik dengan cara yang kurang simpatik jika pesan yang mulia itu justru tidak disampaikan dengan wajar dan menarik.

Boikot ala Bocah Kelas 2 SD

Ada cerita di saat saya masih aktif mengajar dan kejadian di pagi itu benar-benar menggelikan.  Selepas siswa-siswa olahraga, sambil berkemas-kemas ganti baju seragam, mereka guyon tentang Israel. Ada yang nyeletuk, Israel kan jahat. Jangan makan di MacD, karena MacD kan pendukung Israel. Yang lain ikut berpendapat, Gak apa-apa lagi...kan kalo darurat, gimana. Yang satu lagi ikutan, cari rumah makan yang lain aja, misalnya ke Papa Ron'z Pizza. Si C, ikutan, terus kalo ultah, aku mau di Mac D gimana? kan gak mungkin makan di warteg:-).....Saya diam-diam menyimak obrolan mereka....sambil menahan tawa....bocah-bocah....kalian memang lucu:).  Terus, si Al memberi alternatif, kan bisa cari tempat lain, misalnya ke rumah makan Padang, atau ke Es Teler 77 kan juga enak:-)....makin geli saya menahan tawa. Masing-masing beradu pendapat dengan heroik. Bisa dipahami bahwa itulah ekspresi kepolosan mereka tentang Israel. Saya jadi berpikir, alangkah kaburnya persepsi kita tentang solusi