Posts

Showing posts from 2016

Orang Jepang itu kayaknya Islami deh

Kenapa saya bilang orang Jepang itu Islami, karena kok rasa-rasanya auranya begitu deh. Mereka biasanya berkelompok berdasarkan gender tanpa mereka sadari. Buktinya dorm saya dipisahkan antara laki-laki dan perempuan. Waktu pembagian diskusi kelompok pernah kami tanpa sadar juga terbagi antara grup laki-laki dan perempuan. Kami kelompoknya Islami kan? Trus, waktu medical check up, ada satu ruang tertutup yang ternyata sudah disiapkan oleh panitia untuk kami-kami yang menutup aurat. Tanpa saya sadari, saya dipanggil ke ruangan itu, padahal jelas-jelas saya antri di barisan lain. Baru saya sadar, oh ruang itu sengaja dipisah toh. Waktu saya berburu baju hangat, saya perhatikan kok model-model bajunya mengakomodir kebutuhan saya banget ya. Buktinya saya nyari-nyari jaket, jaketnya rata-rata sampai menutupi paha. Saya perhatikan juga banyak rok-rok panjang yang dipajang dan pastinya lucu-lucu. Saya perhatikan kok rok-rok itu ya sesuai selera saya banget. Trus, saya lihat juga celanan

Tentang kebutuhan Sholat dan Makan

Pada hari Jumat, 28 Oktober 2016 kemarin,  saya berangkat dengan kereta ke Tokyo dalam rangka 'ADB Scholarship Welcome Gathering' bersama 1 orang teman saya sesama mahasiswa penerima Scholarship dari Asian Development Bank (ADB), 1 orang Professor dan 1 orang officer. Kami berangkat ber empat sebelum waktu sholat Dhuhur. Sepanjang perjalanan, saya sebenarnya gelisah dalam hati, bagaimana saya sholat dhuhur dan ashar nantinya di lokasi. Saya mencoba memikirkan berbagai kemungkinan dan memperhitungkan waktu yang tepat untuk bisa sholat di sela-sela acara yang cukup padat. Tak disangka, jauh sebelum saya bertanya tentang kebutuhan saya, officer dan Professor saya ternyata sudah mempersiapkan untuk menyiapkan waktu dan akan mencoba menegosiasikan tempat sholat ke panitia acara saat kami tiba di lokasi nanti. Saya tak henti-hentinya mengucapkan rasa terima kasih saya atas segala pengertian mereka pada kebutuhan spiritual saya. Sementara teman saya asal Kyrgyz yang bersama saya, wala

Kerudung dan Bros

Beberapa minggu lalu PEPP officer yang mengurusi kebutuhan akademik dan kehidupan saya di sini bertanya dengan rasa penasaran. Mereka bertanya bagaimana saya memakai kerudung. Tidak hanya itu, setiap kali saya mendatangi ruangannya, bros saya suka dipandang-pandangi dengan rasa kagum. Mereka bilang suka bros yang saya pakai. Saya jadi merasa bingung, karena kata Rosul jika ada yang suka pada barang yang kamu pakai, berikanlah sebagai tanda sayang. Mungkin itu pula Rosul memesankan, saling memberilah hadiah agar rasa persaudaraan semakin erat. Nah, stok bros saya juga nggak banyak. Saya pulang ke dorm, saya cari bros-bros saya yang baru dan belum pernah dipakai lalu keesokan harinya, saya berikan pada mereka. Alhamdulillah mereka suka dan senang menerimanya. Cerita lain lagi, kemarin, saat saya bersepeda pulang dari grocery, ada Bapak paruh baya bersepeda dengan anak-anaknya. Saat kami menunggu rambu-rambu untuk menyeberang, dia berbicara Nihonggo ke saya, karena saya tidak paham arti

Satu Bulan di Tsukuba

Tepat hari ini saya diingatkan suami saya melalui Whatsapp  "Hari ini tepat 1 bulan ibu di Jepun. Semoga Ibu nyaman dan sukses kuliahnya di sana. Doa kami semoga kuliah Ibu lancar sesuai target yang direncanakan. (Ayah dan Murtadha)" Pesan ini masuk saat saya sedang kuliah Public Policy dan Management tadi siang. Sembari Professor saya menjelaskan materi, mata saya berkaca-kaca melirik ponsel saya di meja. Tak terasa satu bulan saya keluar dari peraduan kota Depok dan kini menjadi residen sementara di Tsukuba City. Rasa rindu pada seisi rumah saya nyaris tiap hari membuncah dan dapat saya pastikan saya selalu menitikkan air mata mengingat mereka yang saya tinggalkan di rumah. Suami, anak dan mama saya. Walau nyaris tiap hari saya dan suami berkomunikasi, tetap saja air mata tak terbendung menahan rasa rindu.  Satu bulan berproses menjadi mahasiswi, di sini sudah cukup menempa saya untuk banyak membaca, berdiskusi, mendengarkan opini orang lain, memahami budaya or

OTW to Narita Tokyo International Airport - University of Tsukuba

Tepat tanggal 25 September 2016 pukul 05. 00 sore saya berangkat dari Depok menuju bandara Soekarno - Hatta, Cengkareng. Tujuan perjalanan saya adalah ke Jepang dengan penerbangan pukul 21.55 WIB via Japan Airlines (JAL). Tiba di bandara Soetta, saya langsung check in. Tampak barisan antrian yang sangat panjang. Jujur saja, saya degdegan dan berkeringat dingin. Inilah pertama kalinya dalam hidup saya akan terbang ke negeri orang, masuk dalam room International Flight dan akan menempuh perjalanan selama 7 jam di atas pesawat sendiri. Rasanya nano-nano. Sedih karena akan meninggalkan keluarga dalam waktu lama. Kekhawatiran yang campur aduk semakin menggelayut di kepala hingga kadang menghilangkan konsentrasi. Koper besar yang berat dan 2 tas backpack lumayan bikin tangan saya pegal dan tenaga saya terkuras.  Dalam arus barisan antrian yang panjang, tiba lah saya di counter check-in. Koper saya pun ditimbang dan dengan berat hati sang petugas menyatakan bahwa koper saya overloaded 5

President Obama Participates in a Discussion with Mark Zuckerberg and En...

Image

Pentingnya Bersabar

Hari ini adalah jadwal pengambilan obat si bocah. Berhubung hari kerja, baik saya dan suami harus meminta tolong pada mama saya untuk mengambil obat rutin tersebut. Mama pun bersedia. Agar urusan lancar dan tidak melelahkan karena puasa, saya sarankan mama naik gojek.  Tepat pukul 08.00 pagi ini saya order gojek untuk mama. Gojek pun konfirmasi ke saya bahwa ia sudah dalam perjalanan menuju alamat rumah saya. Gojek dalam perjalanan, saya telepon mama untuk memastikan apakah pak gojek sudah tiba atau belum. Saya cek di aplikasi, si bapak gojek ternyata sudah menuju rumah sesuai order. Selang 1 jam, saya telepon lagi mama untuk memastikan apakah urusan pengambilan obat sudah selesai atau belum. Tak lama kemudian, mama telepon dan siap untuk pulang. Saya pun kembali order gojek untuk mengantar mama pulang ke rumah. Si pak gojek hanya misscalled. Saya telepon balik untuk memastikan ia segera menjemput mama. Saya kembali menelpon mama untuk bersiap-siap menunggu pak gojek di depan gerbang