Kerudung dan Bros

Beberapa minggu lalu PEPP officer yang mengurusi kebutuhan akademik dan kehidupan saya di sini bertanya dengan rasa penasaran. Mereka bertanya bagaimana saya memakai kerudung. Tidak hanya itu, setiap kali saya mendatangi ruangannya, bros saya suka dipandang-pandangi dengan rasa kagum. Mereka bilang suka bros yang saya pakai. Saya jadi merasa bingung, karena kata Rosul jika ada yang suka pada barang yang kamu pakai, berikanlah sebagai tanda sayang. Mungkin itu pula Rosul memesankan, saling memberilah hadiah agar rasa persaudaraan semakin erat. Nah, stok bros saya juga nggak banyak. Saya pulang ke dorm, saya cari bros-bros saya yang baru dan belum pernah dipakai lalu keesokan harinya, saya berikan pada mereka. Alhamdulillah mereka suka dan senang menerimanya.

Cerita lain lagi, kemarin, saat saya bersepeda pulang dari grocery, ada Bapak paruh baya bersepeda dengan anak-anaknya. Saat kami menunggu rambu-rambu untuk menyeberang, dia berbicara Nihonggo ke saya, karena saya tidak paham artinya, saya berkali-kali menggunakan gesture tanda tidak mengerti. Akhirnya keluar juga kata dari mulutnya, 'cute'. Saya bingung, dan teman di samping saya menjelaskan bahwa Bapak itu bilang ke saya cute. Saya cuma geleng-geleng kepala. Agak ngeri-ngeri juga dengernya.

Masih tentang kerudung, kemarin sore saat saya mau meminjam setrika ke officer Dorm tempat saya tinggal, ada ibu-ibu officer juga menunjuk-nunjuk kerudung dan bros saya. Ia berbicara Nihonggo yang tak satu pun saya paham maksudnya tapi dari gesturenya ia mungkin bertanya bagaimana cara saya memakai kerudung dan ia juga bertanya memastikan apakah bros yang saya pakai itu handmade. Ia sepertinya suka dan berkali-kali bertanya tapi saya hanya bisa menjelaskan dalam bahasa Inggris, entah Ibu itu paham atau tidak, tapi biarlah. Kami mencoba salaing memahami saja.

Lalu, barusan saat saya mengembalikan strika, ibu yang kemarin itu lagi ternyata yang bertugas jaga kantor malam ini. Karena hari ini saya hanya memakai bergo (kerudung instan), saya juga tidak menyangka, dia bertanya lagi tentang kerudung yang saya pakai. Ia memegang dan menunjuk aksesoris kerudung saya padahal itu cuma kancing bulat biasa kok tapi dia senang sekali sepertinya. Ketika saya mau keluar ruangan, ia menyodori saya sebungkus cokelat. Ha ha senang lah saya. Hanya saja, ada yang mengganjal dalam hati saya, bagaimana membalas kebaikan ibu ini ya.  Saya naik ke dorm saya di lantai 3, dan saya cari-cari lagi bros saya yang belum terpakai. Ok, saya temukan yang cocok untuk Ibu itu. Saya turun kembali dan saya hadiahkan untuknya. Berkali-kali ia mengucapkan 'Arigato Goshaimasu' dengan cara menundukkan bahunya.

Hikmahnya, perbedaan itu indah, Saudara. Kita cukup saling memahami saja bahwa selagi jiwa-jiwa kita baik, dunia ini aman sentosa.

Comments

Popular posts from this blog

Istirahat Makan Siang

Ujian itu namanya Paper