Tentang kebutuhan Sholat dan Makan

Pada hari Jumat, 28 Oktober 2016 kemarin,  saya berangkat dengan kereta ke Tokyo dalam rangka 'ADB Scholarship Welcome Gathering' bersama 1 orang teman saya sesama mahasiswa penerima Scholarship dari Asian Development Bank (ADB), 1 orang Professor dan 1 orang officer. Kami berangkat ber empat sebelum waktu sholat Dhuhur. Sepanjang perjalanan, saya sebenarnya gelisah dalam hati, bagaimana saya sholat dhuhur dan ashar nantinya di lokasi. Saya mencoba memikirkan berbagai kemungkinan dan memperhitungkan waktu yang tepat untuk bisa sholat di sela-sela acara yang cukup padat. Tak disangka, jauh sebelum saya bertanya tentang kebutuhan saya, officer dan Professor saya ternyata sudah mempersiapkan untuk menyiapkan waktu dan akan mencoba menegosiasikan tempat sholat ke panitia acara saat kami tiba di lokasi nanti. Saya tak henti-hentinya mengucapkan rasa terima kasih saya atas segala pengertian mereka pada kebutuhan spiritual saya. Sementara teman saya asal Kyrgyz yang bersama saya, walaupun Ia mengaku muslim, tampaknya tenang-tenang saja karena dari obrolan kami sebelumnya, ia sudah menyampaikan bahwa ia tidak melakukan ibadah sholat. Saya hargai keyakinannya karena itu pasti pilihan sadarnya. Perlu kah saya marah? Ah rasanya cukup itu urusan dia dan Tuhan saja.

Sesampai di lokasi, ternyata di sana sudah banyak mahasiswa dari berbagai universitas yang bertanya tentang tempat sholat. Panitia sudah menyiapkan tempat di pojok untuk kami para mahasiswa muslim yang ingin sholat. Alhamdulillah, kami bisa beribadah dengan tenang.

Demikian juga tentang kebutuhan kami muslim yang harus makan makanan halal. Para officer dan Professor saya cukup memahami bahwa kami punya banyak 'restrictions' tentang makanan. Saya sangat salut pada mereka yang dengan segenap hati mengakomodir kebutuhan makanan halal walaupun saya tahu tentu saja itu merepotkan bagi mereka. Saya yakin mereka melakukan semuanya dengan suka cita. Setiap kali ada gathering, pasti mereka akan mengirimkan semacam kuesioner sederhana untuk mengetahui makanan yang pantang untuk kami konsumsi. Gathering beberapa hari yang lalu pun ternyata yang disajikan seluruhnya adalah makanan halal. Saya baru tahu dari senior saya bahwa seluruh makanan yang dihidangkan halal ketika saya sudah separuh kenyang. Saya iseng bertanya ke dia, Mas, ini boleh nggak?' Spontan dia bilang, Mbak, makan yang banyak, di sini halal semua kok.' Ha ha mata saya berbinar-binar bahagia tapi agak kecewa juga kenapa saya telat bertanya tadi. Andai saja saya tahu dari awal, kan saya tak perlu jadi 'picky eater'  malam itu. Akhirnya, dengan sigap, saya pun beranjak dan melahap makanan yang masih tersaji. Harap maklum, saya anak kost di sini:)

Comments

Popular posts from this blog

Istirahat Makan Siang

Orang Jepang itu kayaknya Islami deh

Akibat Overestimate