Ojeg Bawel Mata 20 ribu
Akibat tiap hari menggunakan ojeg dari stasiun Manggarai ke kantor, saya sampai hafal wajah-wajah tukang ojeg dan mulai mengenal mereka hingga punya langganan pada satu-dua tukang ojeg yang saya anggap ramah dan nyaman saat mengemudikan motor. Di lain sisi, ada satu tukang ojeg yang saya amati sering agak bawel dan tukang jablak saat saya memilih mau naik ojeg yang mana. Dia yang berperawakan tinggi, kurus dan mukanya tirus itu memang sering membuat saya agak senewen saat saya sudah menetapkan tukang ojeg yang mau saya tumpangi. Mungkin dia agak cemburu karena bukan dia yang terpilih:) akhirnya dia hanya bisa meracau saja.
Belum lama ini saya sering tak menjumpai langganan ojeg yang saya kenal baik itu. Suatu hari dia memang pernah bilang kalau dia hanya ngojeg sampai jam 07.30 pagi karena jadi karyawan di tempat lain jam berikutnya. Karena saya pun sering telat sampai stasiun, maka saya menumpangi ojeg yang lain. Sayang sekali sejak kemarin saya ternyata tak ada pilihan ojeg, maka terpaksa saya ketemu juga pada tukang ojeg bawel ini. Tak berselang berapa meter dari seberang jalan, dia mulai teriak-teriak 'Ayo Bu, Badan POM, Depkes, dua puluh ribu yeeee'. Saya sudah diburu waktu, akhirnya tanpa babibu lagi langsung naik motor si bawel. Sepanjang jalan, dia pun tak sungkan terus merekomendasikan dirinya jadi langganan saya padahal pola mengemudikan motor bikin jantung saya dag dig dug. Dia terlalu berani menerobos himpitan mobil yang akhirnya membuat saya lebih rajin dzikir sepanjang jalan. Kepentingan pribadi saya memang terpenuhi agar bisa sampai kantor lebih cepat tapi jika bikin jantung berdebar dan tegang sepanjang jalan, saya jadi mikir juga, apa iya tiap hari kayak gini.
Eh ketemu dia lagi tadi pagi. Tadinya saya mau naik bajaj aja karena gerimis hujan lumayan agak lebat. Tapi agak ragu juga, khawatir saya makin telat jika naik bajaj, akhirnya saya ubah haluan memilih ojeg. Dia dengan gesitnya menawarkan jaket hujan ke saya. Saya pikir tak apa menerima tawaran dia sepanjang bisa sampai kantor cepat dan jaketnya bisa untuk melindungi kepala dan baju putih saya dari percikan air hujan.
Kebawelannya pun di jalan memang bikin saya agak emosi karena ia terus mengoceh 'Ibu nggak basah kan pake jaket saya. Saya aja jadi basah'. Pikiran saya 'Situ ngapain nawarin jaket kalau tak mau basah juga'. Ia melanjutkan, nggak apa-apa Bu, yang penting ibu bisa sampai cepat, daripada Ibu naik bajaj...
Halah, benar-benar nih tukang ojeg...
Comments
Post a Comment