Ibu mengajarkan ini di rumah, tapi kok?

Beberapa hari yang lalu kami sekeluarga makan di sebuah rumah makan khas Aceh. Seperti biasa, setiap kali kami memesan menu baik makanan dan minuman, semuanya pasti akan dihabiskan. Kalau pun tak habis, kami akan bungkus untuk dihabiskan di rumah saja.

Sebelum meninggalkan meja makan, tiba-tiba anak saya melihat di meja sebelah tampak minuman masih tersisa di gelas. Dia komentar dan bertanya, 'kok orang itu tidak menghabiskan minumnya?'
Saya dengan entengnya hanya sekadar menjawab, 'Oh, barangkali orang itu sudah kenyang.'

Tapi entah kenapa sepanjang jalan pulang, saya agak menyesal, hanya menjawab pertanyaan sang anak sekenanya. Seadanya malah. Seharusnya ada jawaban yang lebih bijak untuk menjelaskan mengapa ada orang yang tega tak menghabiskan makanan padahal nilai itu tak patut untuk diajarkan pada anak. Tapi harus bagaimana menjelaskan fenomena ini sementara setiap orang punya pemahaman nilai yang berbeda.

Terus terang saya masih agak galau dalam mengemas prinsip soal nilai 'meninggalkan sisa makanan'. Anak pasti menanti standar yang layak dan kepatutan yang ideal. Saya jadikan ini sebagai pe er agar kelak bisa dijadikan standar personal di keluarga tapi juga menjadi nilai untuknya saat di luar rumah.

Dalam kegundahan saya mengenai strategi dan cara melekatkan value ke sang anak, saya pun diliputi kegundahan untuk penanaman value yang lain. Tampaknya saya harus concern dalam internalisasi nilai-nilai yang wajib dipahami sang anak.

Comments

Popular posts from this blog

Istirahat Makan Siang

Memasak Sebagai Kegemaran 'Baru' tapi Lama