Cara Sederhana Nabung Rupiah
Karena saya perempuan, maka saya sangat senang shopping sana sini. Saya mudah lapar mata lihat barang yang lucu-lucu. Perempuan mana yang tak gemes kalau lihat benda-benda favorit yang tak terbeli padahal punya uang? Perempuan mana yang tak tergiur saat intip-intip online-shop menawarkan barang-barang imut yang sedang diskon s/d 90%+++? Perempuan itu ada dimana-mana termasuk saya:). Saya bukan type orang yang thrifty alias ekonomis. Saya sangat konsumtif dan impulsif dalam mengeluarkan uang. Dapat dikatakan saya cukup boros selama ini. Untungnya saya dapat mengendalikan diri berkat suami yang selalu mengingatkan saya untuk berbelanja sesuai kebutuhan. Beliau yang berlatar belakang ekonomi ibarat alarm agar saya on the track saat berbelanja. Tapi namanya pengendalian diri itu butuh perjuangan ya. Mengendalikan diri dari hasrat berbelanja itu ibarat Jihad Fi Sabilillah:)
Menyadari bahwa roda kehidupan terus berputar, nampaknya saya cukup tergugah pasca saya melahirkan 4 tahun lalu. Saya mulai membekali anak saya dengan celengan koin. Tujuan awal saya hanya sekadar mempersiapkan sang anak untuk melatih motorik kasarnya memegang dan memasukkan koin dalam lubang celengan. Alhamdulillah celengan sejak bayi itu berhasil dan sukses untuk membeli sepeda kesukaannya.
Kini di rumah saya terdapat 3 jenis celengan lainnya yang siap untuk dipenuhi koin-koin, agar anak saya berlatih menabung. Maklum, segala biaya untuk meneruskan kehidupan semakin tinggi, maka otak kami pun sebagai orang tua harus cerdas untuk mengantisipasi kebutuhan yang tak terduga.
Selain di rumah, saya juga perlu mengantisipasi diri saya sebab kebutuhan perempuan yang telah berkeluarga seperti saya tentu saja jauh lebih besar. Jika saja saya bisa usul nih, mestinya struktur penggajian kita di Indonesia ini berbasis kebutuhan. Kebutuhan perempuan dan kebutuhan laki-laki berbeda kan? Contoh bahwa perempuan adalah multi tasker dan tuntutan kebutuhan pernak-pernik baik urusan Rumah Tangga dan personal misal Make Up dan aksesoris lainnya jauh lebih banyak. Penting diingat juga bahwa perempuan adalah perhiasan dunia sehingga mestinya gaji perempuan pun lebih besar:-). Sayang sekali, sistem penggajian saat ini tidak berbasis kebutuhan ya:). Ini bukan soal gender stereotype lho. Analisis sederhana ini berdasarkan fakta yang saya alami sebagai perempuan. Alhasil, gaji saat ini harus diolah sedemikian rupa agar yang semula tak cukup harus cukup. Dengan pengalaman ini, tiba-tiba saya pun teringat pernah membaca tips nabung di salah satu medsos. Saya cukup terinspirasi dan saya coba eksekusi menabung dengan cara sederhana berikut ini. Pola ini saya terapkan di kantor dengan menyisihkan jatah makan siang saya:). Cara ini juga akan saya terapkan di rumah agar semakin bisa belajar berhemat. Ingat, hemat tapi tak pelit ya.
- Siapkan celengan bentuk apa saja. Kalau saya siapkan toples plastik ini (pemberian teman di kantor). Karena kuenya nggak ada, saya isi pakai uang aja.
- Siapkan uang dengan sistem nabung per hari kelipatan Rp 1000,-. selama 1 bulan. Misalnya saya mulai bulan November 2015. Tepat hari pertama adalah tanggal 1, saya nabung Rp 1000,-; hari Ke-2: Rp 2000,- dst. Jumlah hari dalam 1 bulan sebanyak 30 hari. Maka setiap hari saya harus menyisihkan uang ke dalam celengan saya sesuai kalkulasi dalam excel berikut. Semakin tangal tua, makin besar kan nabungnya, tapi tenang saja kan angka tertinggi di hari terakhir hanya Rp 30.000,-. s/d Rp 31.000,- ya. Prinsipnya harus ikhlas untuk menabung dan nikmati panennya di akhir bulan. Kalau mau lebih awet lagi, konsisten per bulan, bawa ke bank, dan jangan diutak-atik sampai tiba masa yang diinginkan.
Nabung kelipatan 1000 rupiah per hari
Asumsi jumlah total yang akan dipanen jika komitmen dilakukan selama 14 bulan adalah Rp 6.668.000,-. Lumayan kan?
|
Inti dari menabung adalah antisipasi masa-masa sulit. Yang dibutuhkan hanya komitmen, disiplin, tekad bulat dan konsisten. Sederhana bukan?
Comments
Post a Comment