Rindu Ibu
Pada hari Selasa sore sepulang dari kantor anak saya sibuk bertanya, 'Ibu, besok Abang sekolah?, Besoknya sekolah juga?, Besoknya lagi?, Terus besoknya lagi??? Diiringi deruan seruan motor suaranya makin kencang bertanya menanti jawaban kapan dia libur. Dengan nada lelah namun berusaha sabar, saya jawab pertanyaan sang bocah satu per satu. 'Ok, besok abang sekolah, besoknya sekolah, besoknya lagi sekolah. Lalu, hari Sabtu - Minggu jadwal abang libur. Pertanyaan ternyata tak berhenti sampai di situ. Kalau Ibu besok ke kantor? Besoknya dan besoknya lagi? Yupp, jawaban yang sama tentunya. 'Iya, besok Ibu ngantor, besoknya juga, dan besoknya lagi. Lalu, Sabtu - Minggu Ibu juga libur, Bang.
Spontan, sang anak berteriak kencang,'Yeaaaaaah, horeeeee, asyiiiik, senangnya bisa sama Ibu lagiiiii....Abang rindu sama ibu. Asyiiik kita libur. Ooooh tahukah apa yang berkecamuk dalam dada saya saat sang anak berteriak senang dan bahagia betapa libur bersama ibunya itu surga. Batin saya berkecamuk, mata berkaca-kaca, andai saja dia tahu bahwa dunia ibu bekerja adalah dilema yang tiada habis. Saya usap dan cium kepalanya seraya berdoa semoga Tuhan menjadikan ia anak yang mandiri dan dewasa memaknai rutinitas dan ritme keluarga kecil kami. Tiada keegoisan di dalamnya, Nak, Hidup yang indah tak selalu diecap manis, Nak, Pahitnya harus dinikmati untuk merasakan manisnya juga.
Menjadi working Mom pasti memiliki konsekuensi riak-riak seperti ini. Tak perlu disesali, kehidupan terus bergulir. Merasakan dilema adalah hal yang manusiawi seolah-olah kita ingin berpijak di dua tempat yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Tarik menarik kepentingan atau urusan pekerjaan dan rumah adalah hal yang lumrah. Dari segelintir dilema itu, yang paling bijak adalah menyikapinya dengan langkah-langkah strategis. Urusan rumah dimaksimalkan sebelum berangkat kerja. Urusan kerja dimaksimalkan sebelum pulang ke rumah. Optimalisasi diri dan waktu yang dimiliki kedengarannya ideal tapi seringkali sulit terlaksana. Sekali lagi komitmen untuk hadir dan melakukan yang terbaik untuk keluarga semampu yang dibisa, sekuat tenaga saja.
Sembari saya merenungi dan mengulas momen ini, saya masih terus belajar mengoptimalkan diri mengurus diri dan keluarga. Memampukan diri untuk bisa bangun sepagi mungkin tapi sampai kini belum sanggup:).
Tak mudah tapi tetap ikhtiar....
Comments
Post a Comment